Berjuang

Pada titik ini aku merasa sebagai seorang perempuan yang dilahirkan untuk selalu berjuang. Aku dilahirkan sebagai anak perempuan satu-satunya dan aku harus berjuang menjadi anak perempuan paling baik, cantik dan membanggakan bagi orang tua, kaka-kaka dan keluargaku.

Aku merasa banyak sekali manusia yang memberi amanah dipundakku. Hampir disetiap tempat dan disetiap ranah. Bahkan disebuah ranah yang dimana hanya ada aku seorang perempuan. Aku ditempa sebagaimana laki-laki ditempa. Aku tersenyum, aku tertawa, dan menampakkan wajah kuat. Disaat hati dan pikiran sedang hancur. Aku seringkali mengelak bahwa perempuan tidak lemah namun kuat sebagaimana laki-laki bahkan lebih.

Aku sering mengelak bahwa ada hormon-hormon tertentu yang membuat perempuan mudah sekali berubah pikiran, berubah suasana hati dll. Tapi aku benar-benar merasakannya, aku merasa tersiksa dengan perasaan dan apa yang aku alami saat ini.

Tapi aku tau tidak ada Yang bisa mengerti, menolong apalagi betah untuk berlama-lama mendengar keluh kesah dan rengekan tangisku saat ini. Dalam suasana hati dan pikiran ku yang sedang hancur, tubuhku yang merasa semakin lemah. Aku memang dipaksa untuk tetap berjalan bahkan berlari kencang.

Tapi jika memang itu hal yang bisa membuat keadaan menjadi lebih baik. Maka aku bersedia untuk mengatakan bahwa aku siap berjuang walaupun harus terseret secara paksa.

Related posts:

The great Islamic historian and philosopher of the 14th century, Ibn Khaldun, who can claim to be the father of social science (and also incidentally the progenitor of the Laffer Curve), advanced the…

Researchers from Korea utilized LiNO3 pre-planted lithium particles to design a stable, long-lasting lithium metal battery Lithium metal batteries comprising lithium anodes hold much promise in…

Where once friends and honored guests ate first, now so does the camera. The shutter snaps up first bites before forks and knives. Desire to not miss documenting a moment causes moments to be missed…